Beberapa hari yang lalu seorang kawan yang anaknya tengah duduk di bangku SMA di Hamburg bercerita tentang materi pelajaran anaknya di sekolah. Pada sebuah jam pelajaran, kelas anaknya tersebut diberi sebuah materi diskusi untuk membahas masalah wanita yang berpakaian tak seronok yang diperkosa. Ada sebuah pertanyaan yang harus didiskusikan pada kasus ini yaitu: “siapa yang bersalah dalam kasus ini? apakah lelaki yang memperkosa ataukah wanita yang berpakaian tak seronok itu?
Menurut kawan saya itu, seluruh teman anaknya menyatakan bahwa lelaki pemerkosa itulah yang bersalah, dan anaknya adalah satu-satunya murid di kelas itu yang berpendapat sebaliknya yang menyatakan bahwa wanita yang berpakaian tak seronok itulah yang bersalah. Tentunya masing-masing punya alasan dan argumentasi dengan pendapatnya itu. Anak kawan saya itu berpendapat bahwa wanita itu patut disalahkan karena telah mengundang birahi si lelaki akibat pakaian yang dikenakannya. “Coba kalau dia berpakaian yang biasa-biasa saja, belum tentu si lelaki akan memperkosanya!” begitu pendapatnya. Sementara itu kawan-kawannya yang berpendapat bahwa lelaki pemerkosa itulah yang bersalah beranggapan bahwa berpakaian seperti apapun adalah hak asasi si wanita itu. Selama cara berpakaiannya tidak menyalahi aturan kesopanan yang berlaku di tempat itu atau selama ia masih menutupi daerah kemaluannya maka itu sah-sah saja. Masalah ingin tampil seksi, sebagian wanita memang menginginkan hal itu dimanapun ia berada. Bahkan sebagian besar desainer pakaian wanita pun menempatkan parameter keseksian pada urutan pertama dalam mendesain pakaian.
Mendengar cerita kawan saya itu, saya jadi ingat tentang diskusi pro dan kontra RUU APP. Seingat saya, alasan-alasan seperti yang diuraikan di atas termasuk yang mengemuka dalam diskusi-diskusi RUU APP itu. Asalkan jangan gara-gara menolak RUU APP lalu mengancam minta merdeka mungkin masih baik dan wajar-wajar saja. Kalau sudah mengancam sampai minta merdeka itu lho yang membuat geli, seperti anak-anak yang kalau tidak dibelikan permen atau mainan yang diinginkannya lalu mogok tidak mau makan atau menangis meraung-meraung sambil berguling-guling di tanah atau lantai.
Ada yang ingin ikut berpendapat dengan materi diskusi di atas? silahkan!
susah ya, klo nyari siapa yg salah. banyak hal yg bisa membuat sso memperkosa atau diperkosa. harus diselidiki lagi. bisa jadi bukan kr baju yg seronok, bisa saja si laki2 lg mabok. hehe.. lagipula, tdk jelas di sini apa yg disebut seronok. apa sih yg disebut seronok? pk baju dalam aja? 😀 dan tingkat ke-birahi-an sso pun berbeda. mau pk baju yg seronok klo ‘fisik’ nya ga ‘membangkitkan’.. hihi.. bakalan terjadi ga? 😀
dus.. selidiki dulu. sebelum tuding menuding. 😀
gimana kalo yang salah dua-duanya… ?
udah tahu banyak orang gampang terangsang koq milih baju demikian ?
lah yang satunya, udah tahu ada orang pake baju merangsang koq malah memilih bersikap terangsang dan memperkosa ?
dua-duanya juga salah, la wong udah sama-sama dewasa koq gak bijak-bijaknya menempatkan ekspresi diri ? udah dewasa koq ndak bisa menempatkan keseimbangan antara hak asasi dan kewajiban asasi ?
hahahaha….
bos Agus bisa aja bikin posting ‘nendang’ gini …
saya sendiri gak tau yg mana yg salah 😀
yg pasti, hak asasi emang musti ada, cuma yah ada batasnya jugaa… musti ngerti kalo laki2 itu birahinya tinggi 😛 (menurut saya sih arab paling tinggi heueheu). sebenarnya saya sempet bertanya, ngapain sih pake baju yg seronok? pamer kah? ato supaya cowo tertarik ama dia? ato apa? 😛
lagian kata “seronok” itu relatif juga.. di negara muslim, mungkin pakaian yg dimaksud “seronok” itu belum tentu “seronok” di mata org2 bule….
Ahem…
Koreksi dikit Oom, ‘pakaian tak seronok’ kan artinya ‘pakaian yang sopan’
Jadi salah pemerkosanya dong 🙂
Lain ceritanya dengan ‘pakaian tak senonoh’
# Aji, dkk:
Wah sepertinya kita beda pemahaman tentang kata “seronok” ya? Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), seronok berarti menyenangkan hati atau sedap didengar/dilihat. Jadi kalau kita berpakaian seronok berarti kita memakai pakaian yang sedap dilihat atau yang menyenangkan hati. Kalau kita sedang mendengarkan lagu yang seronok berarti kita sedang mendengarkan lagu yang sedap didengar atau menyenangkan hati.
Dengan demikian tidak seronok berarti tidak menyenangkan hati atau tidak sedap didengar/dilihat dan itu konotasinya adalah sesuatu yang tidak atau kurang sopan.
Kalau begitu artinya, gembel dan pengemis pun pasti menjadi orang yang ‘berpakaian tak seronok’ (jika mengikuti kaidah denotasi KBBI), karena seronok di Indonesia adalah mengandung makna negatif, yaitu berkonotasi ‘mencolok mata’ atau ‘berlebihan’.
Sedangkan di Malaysia, lain lagi, seronok memiliki arti ‘meriah’ atau memiliki arti positif
#Aji:
Kata seronok bisa ditinjau dari berbagai aspek: kesopanan, kepantasan, kelayakan, dll.
Dalam membahas pakaian wanita yang merangsang seperti pada artikel saya di atas, kata tak seronok mengacu kepada aspek kesopanan. Sementara itu, pada kasus gembel dan pengemis seperti yang anda contohkan di atas, tak seronok lebih mengacu kepada aspek kelayakan. Apa yang mereka pakai dikatakan tak seronok karena memang sudah tak laik pakai lagi.
Acuan yang saya gunakan adalah apa yang tertulis di dalam kamus dan bukan pada pemakaian umum yang menurut saya sudah tidak sesuai lagi dengan arti sesungguhnya yang tertulis di kamus.
Pemakaian kata seronok di Malaysia adalah contoh yang menurut saya benar.
OK, got it…
Kembali lagi ke topik, di negara liberalis dan pluralis seperti Eropa barat, Amerika Utara dan negara-negara penganut paham kapitalis materialistis, senggama dianggap pemerkosaan jika tidak dilakukan atas dasar suka sama suka, yang sangat naif dan bias (what the hell is the different with free sex?), dari tolok ukur mana suatu pemerkosaan dianggap pemerkosaan apabila si perempuan (atau si laki-laki) tidak menjaga ‘ajl-nya (kemaluannya) dari seks bebas.
Jadi kalau kasusnya orang2 liberal seperti di atas sih saya tak peduli, yang satu mengundang (walaupun tidak bermaksud) dan yang satu melihat kesempatan (walaupun hanya kebetulan).
Itulah yang terjadi di negara yang tidak memiliki rasa ketuhanan yang tinggi (termasuk Indonesia), hanya menyisakan kebingungan dan ketersesatan dalam berpikir.
Mengenai RUU APP, memang pro kontra-nya pun membingungkan, lha wong dasar negaranya Pancasila alias semua boleh asal berkonstitusi. Jadi minoritas mau merdeka ya hak mereka, selama ya itu tadi disahkan oleh konstitusi. Jadinya saya hanya tertawa saja melihat orang2 yang seperti bocah merengek minta permen itu
1. Mas Aji, apakah saya mengertinya betul, menurut Anda pemerkosaan sama saja dengan hubungan intim antara dua orang dewasa yang berpacaran/saling mencintai? Masak??
2. menurut ilmu psikologi: laki2 yang memperkosa wanita itu biasanya ada kelainan psikis alias tidak normal jiwanya. Soalnya, dia justru tidak bisa menikmati seks yang “normal”, dia hanya bisa menikmati seks kalau seks itu dilakukan dengan memakai kekerasan fisik. Unsur dominasi dan sadisme atas perempuan sebagai obyek yang tak berdaya itu yang paling merangsang seorang pemerkosa.
So… kesimpulannya: laki2 normal mungkin bisa merasa tertarik dan juga birahi melihat cewek yang seksi atau pake you-can-see, tapi dia TIDAK akan sampai memerkosanya, karena pemerkosaan itu adalah brutal act of sadistic domination, dan yang dinikmati oleh pemerkosa yaitu brutalitasnya itu, bukan seksnya. Laki2 normal biasanya justru tidak akan bisa menikmatinya.
3. Thesis bahwa semakin banyak cewek pake you-can-see, semakin meningkat kasus pemerkosaan itu juga nonsense. Lihat saja statistiknya. Justru di negara yang sangat liberal, spt negara Skandinavia, kasus pemerkosaan sangat sedikit. Atau lihat Singapura, cewek2 Chinese pakai tank top, tapi kasus pemerkosaan sedikit. Dan lihat negara Arab, perempuannya pakai chador atau malah burqa, tetep aja diperkosa. Laki2 Arab di Saudi juga mengganggu perempuan di jalan, walaupun perempuan itu pakai jilbab niqab.
Bukti paling jelas bahwa “you-can-see” tidak menimbulkan meningkatnya kasus pemerkosaan yaitu budaya Barat sun-bathing di pantai dan juga waktu summer di swimming pool. Perempuan hanya pakai bikini atau swimsuit, tapi kok gak pernah saya dengar kabar bahwa di sekitar pantai atau swimming pool terjadi lebih banyak pemerkosaan daripada di daerah2 lain? Dan coba lihat, di pantai atau swimming pool juga banyak keluarga yang sun-bathing dan swimming, ayah ibu anak2, semua you-can-see, tapi kok suasana tenang2 saja? Assuming the husband is feeling horny all day at the beach, lihat all the other naked women, do you really think his wife would continue to go there with him and the children?? But I can tell you, it is biasa2 saja.
4. Kadang2 saya heran, apakah tidak ada laki2 yang malu ya terhadap asumsi bahwa kalau ada cewek seksi, laki2 langsung penuh birahi dan wajar saja kalau mereka sampai memperkosa si cewek… lho… apakah laki2 Indonesia atau laki2 Muslim memang seliar itu? Kalau gitu, wah saya ngeri juga ya ketemu laki2 Indonesia atau Muslim…hehehe… begitu cepat muncul dorongan mau memerkosa wanita… wuih ngeri banget… don’t you feel ashamed to be portrayed like that? as a basically wild animal that automatically will feel urged to rape a woman if she is sexy (and what is assumed to be “sexy” is very subjective and culturally relative)? Koq laki2 Barat gak begitu ya? Laki2 Barat kok tetep sopan2 saja, juga gak melotot atau menyiul atau mengganggu perempuan? Padahal kan mestinya justru laki2 Barat yg bebas utk mengganggu perempuan, abis di sana katanya “semua boleh” (nonsense juga)? Please deh… become a little bit more civilized… masak zaman dulu laki2 Indo gak papa lihat perempuan mandi di kali, lihat perempuan pakai kemben, atau di Bali malah dada telanjang, kok zaman sekarang laki2 Indo semakin gak bisa mengendalikan nafsunya ya? What has happened with Indonesian men? Kok zaman sekarang, apalagi menurut RUU APP itu, laki2 Indo semua berubah menjadi potential pemerkosa? Menurut saya, isi RUU APP itu sangat menghina laki2 Indonesia.
Dan, please deh jangan pukul rata. Anti RUU APP itu TIDAK berarti pro pornografi! Saya juga anti pornografi, dan masalah itu harus diurus. Tapi itu tidak mungkin diselesaikan dengan melarang Jaipongan atau kemben atau mandi di kali (budaya kok dikategorikan sebagai “pornoaksi”, itu sungguh bi-adab alias tidak berbudaya).
Lihat aja di Arab sana, laki2nya tetep “hot” padahal cuman berhadapan dengan hantu dalam chador hitam. You could learn from the Arab experience that ngurus pakaian perempuan itu tidak akan menyelesaikan masalah pemerkosaan.
maaf… lagi emosi nih… 😉
#Aji:
Seks bebas dan pemerkosaan adalah dua hal yang jauh berbeda menurut saya. Benar bahwa dari sudut pandang agama, keduanya sama-sama mengacu kepada “tidak menjaga kemaluannya”, meskipun pada kasus perkosaan, pihak terperkosa belum tentu tidak menjaga kemaluannya. Dari sudut pandang hukum yang ada, perbedaannya saya kira cukup jelas pula. Seks bebas lebih mengarah kepada perbuatan zina, sementara pemerkosaan akan berarti zina+penganiayaan/penyiksaan bagi yang memperkosa tetapi tidak bagi yang diperkosa, karena dia (sebagai korban) tidak menghendaki hal itu terjadi.
Memang setahu saya, 2 hal tersebut di atas (merebaknya fenomena seks bebas dan bertambahnya kasus pemerkosaan di Indonesia) termasuk bagian dari alasan atau landasan berpikir dibuatnya RUU APP ini. Tetapi merebaknya fenomena seks bebas dan meningkatnya kasus pemerkosaan juga tak lepas dari kegagalan pemerintah dalam menegakkan peraturan atau hukum yang ada. Selain itu, hal ini juga mengindikasikan telah gagalnya sebagian (besar) keluarga dalam mendidik moral/mental anak-anaknya serta kegagalan pemerintah dalam mendidik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
Menurut pendapat saya, diadakannya RUU APP ibarat sebuah “shortcut” yang dibuat untuk menghilangkan atau meredam keputusasaan atas kegagalan yang ada, dengan harapan RUU APP ini dapat berfungsi sebagai mujizat dan obat yang (mudah-mudahan) cespleng/mujarab seperti dalam iklan obat yang sekali minum langsung sembuh.
Selama pemerintah masih amburadul dalam menegakkan aturan/hukum yang ada, selama pemerintah masih amburadul dalam menjalankan program pendidikan bagi rakyatnya, selama pemerintah masih amburadul dalam segala urusan tetek bengek, saya yakin 1001 UU pun tak akan mampu merubah kondisi yang ada secara signifikan.
Reformasi dimulai dari isi kepala kita. Selama isi kepala kita hanya ambisi mengejar kekuasaan, berbagi kekuasaan, dan semua yang berhubungan dengan kekuasaan, jangan berharap ada reformasi di antara kita!
siapa yg salah?
hmm.. nggak ada yg salah kali ye.. akar dari ‘persoalan’ ini aja mungkin yg salah.. karna dari awal2nya selalu nyalahin cewek mulu..jadi udh terpatri yg salah itu wanita..(budaya timur)..kelamaan ,karna cewek timur makin lama mulai membuka mata,cewek nggak rela disalahin.. dan punya argumen sendiri sesuai data2 ilmiah..(cieh bahasanya)
setuju ama nilondo.. mungkin karna pengaruh budaya juga kali ye.. pria timur atau yg budayanya datang dr agama,cendrung merasa lebih superior dari wanita dan gampang nyalahin wanita,liat aja soal gender.. nggak ragu2 mojokin wanita sebagai sumber masalah..karna udah dari budaya kitanya begitu..’yg salah itu cewek!!’..nggak adil bgt kan..tapi emang benerkan budaya kita sangat nggak demokratis kewanita…buat apa cewek nutup2 hampir seluruh tubuhnya sampe wajahnya,..sedangkan cowok nggak perlu menutup seluruh tubuhnya serta wajahnya juga.. udah nggak sejajar kan..buat cewek yg bikin ribet..buat cowok yg gampang…
kalo menurut pikiran saya sih,maap2 aja rada berontak dikit sama ajaran agama(dosa saya tanggung sendiri)..kenapa cowok arab,gampang bgt naik birahinya..selaen makanannya..mungkin karna disana pakaian perempuannya tertutup semua..jadi kurang hiburan..mangkanya stress.. dan nggak terbiasa ngeliat hal2 yg terbuka dikit..beda dinegara yg fashionable..ngeliat paha bukan hal yg taboo dan pikirannya jadi nggak ngeres..
sekarang..harusnya mulai dibudayakan diIndonesia.. cowok yg memperkosa itu adalah cowok menderita kelainan jiwa,karna mau2nya have sex secara paksa tanpa ada mesra2nya dulu dan jelas mereka menyukai kekerasan dan sadistic….dan jgn nyalahin wanita mulu…. nggak ada yg salah dgn tank top,baju ngepas selama ceweknyanya berattitude yg pantas.. lagian,bentuk busana nggak mencerminkan moral.. kalo gitu org2 dipedalaman bisa seenaknya kita judge nggak bermoral karna mereka nggak pake baju..
@Amellie: make baju ‘seksi’ nggak selamanya cewek itu pengen pamer.. karna udah budayanya kita cepat menilai negatif begitu..sesuatu itu digeneralisasikan secara berlebihan..satu org cewek berpakaian seksi lalu kelakuannya nggak bener..dicap begitu semuanya..
cara berpakaian org itu juga hak mereka..
saya sempet mikir..seandainya semua wanita didunia ini semua berbusana yg hampir sama modelnya,warnanya.. bentuknya..alangkah nggak bewarnanya dunia ini..mata ngeliat juga jadi gersang…ini opini saya yg nggak bisa ngejudge cara cewek berpakaian seksi itu karna niat pamer atau apapun..
saya paling males disuruh pake baju cewek yg bikin ribet..kadang kepasar cukup pake baju tidur ..dan saya nggak tertarik harus repot2 mencari headscarf dan peralatan lain sebagainya ..mungkin karna saya nggak suka yg ribet2…kadang org berbusana itu..nyari yg bikin gerak dia jadi dinamis,dan simpel..
..
(juga lagi emosi)
Aw aw… 🙂
Mari tidak ber-emosi ria, kita satu saudara, walaupun berbeda suku bangsa, agama, dan pemikiran.
Kita hanya menumpahkan apa yang menurut kita benar, karena kebenaran hanyalah persepsi manusia. Dan kebenaran hakiki adalah milik Tuhan. Jadi…
Mari kita mendidik anak-anak kita dengan cara yang menurut kita benar.
Maaf kalau kata-kata saya menyinggung beberapa pihak
hmm …
@No Londo :
1. anda yakin fakta yang anda sampaikan berdasar data yang akurat ? sebab kalaupun itu benar yang harus diacungi jempol adalah penegakan hukumnya … tapi mengapa di amerika pemerkosaan menjadi kejahatan nomor wahid ? padahal disana eranya keterbukaan Free segalanya …
2. Mengenai pemerkosa adalah laki2yang menderita kelainan psikis dan tidak dapat menikmati seksnya tanpa kekerasan … saya menangkap yang anda sampaikan ini lebih kepada opini anda sendiri karena disana ada kata … biasanya … berarti tidak menutup kemungkinan pria normal pun terbuai hawa nafsu tak tertahankan … beberapa waktu yang lalu sudah cukup lama … di media cetak (karena sudah lama saya sudah lupa tapi saya masih sangat ingat garis besarnya) diceritakan tentang seorang anak yang memperkosa gadis kecil tetangganya karena menonton film india dan difilm india itu banyak adegan dengan busan terbuka … nah saya tanya sama anda … anda sebut apa bocah ini ? Bocah kelainan psikis ? ato bocah yang suka dengan seks dengan kekerasan ? ingat dia masih kecil dan belum tau apa2 tentang hardcore sex dsb …
3. saya lihat sepertinya anda ini seorang yang terlalu islamphobia yah … dengan topik ini dan berlandasan dengan diarab masih ada pemerkosaan lantas anda menganggap semua pria muslim bertindak mengikuti nafsu birahinya … picik sekali pikiran anda …
maaf saya juga lagi emosi ^^
@iqbal,
dari kasus yg diceritakan diatas,kalo dipikir2 lagi..ujung-ujungnya ketindak kekerasan juga kan..?.. memaksakan kehendak(hasrat) nya sendiri, untuk melampiaskan nafsunya..
orang melihat filem porno, gambar dsb lalu ada gejolak aneh didirinya..
aku rasa itu hal yg wajar ya..normal dan sangat manusiawi sekali…perlu diperiksakan kedokter kalo nggak ngalamin hal itu..sangat normal bg manusia yg dari lahir udh mempunyai hormon2 tertentu untuk mengatur itu bisa terjadi
..gini deh, orang teransang itu hal yg normal..tapi masalahnya, gimana cara dia menguasai ‘hal’ itu secara wajar (baca=tanpa merugikan orang lain)… maksudnya itu lowh…
soal anak kecil yg jadinya begitu habis nonton filem india,..jangan asal nuduh filem india aja dong dari satu kasus yg penyebabnya mungkin belom akurat kebenarannya..waktu kecil aku pernah nonton filem barat yang ada adegan-adegan french kiss nya dan nonton india yg adegan busana terbuka,kalo nggak salah judulnya gangga…,tapi aku nggak pernah tergoda untuk melakukan itu,karna dirumah dan disekolah aku udah dapat sex education,dijelaskan,kalau hal-hal seperti itu urusan orang dewasa, maksudnya begini begitu,dan itu bukan urusan anak-anak,entar setelah dewasa kamu bakal ngerti kenapa mereka begitu,..intinya ketika lihat adegan ciuman hot,reaksi aku hanya ‘ohhh, itu urusan orang dewasa’
sex education penting ya buat anak-anak, aku pernah kenal temen cowok,yang pernah liat ortunya ‘begituan’.. dan emang itu sangat berbahaya buat anak2. membuat dia jadi sangat ingin tahu tentang itu..kasiankan masih kecil tapi otaknya udah ngeres,sampe kita-kita yang cewek jadi menghindar kalo ketemu dia,(dia berasal dari keluarga sangat poor,dgn satu kamar buat semua anggota keluarga,kebayang kan..) anak-anakkan sangat polos ya, mereka sangat gampang meniru,tapi sayangnya tanpa penjelasan kalo itu bukan urusan mereka… mangkanya UU penyiaran itu sangat penting buat ditegakkan..selamatkan anak2..!!
…
[…] Terimakasih untuk kawan-kawan yang sudah memberikan komentar dan tanggapan pada postingan saya sebelumnya "Siapa yang salah?". Cukup menarik ternyata. Secara garis besar ada 3 pendapat yang berbeda tentang siapa yang bersalah yaitu: (1) si pemerkosa, (2) perempuan yang berpakaian tak seronok, dan (3) dua-duanya salah. Adapun tolok ukur dan sudut pandang yang digunakan dalam menilai salah tidaknya didasarkan kepada beberapa hal yaitu: (1) agama, (2) budaya, (3) psikologi/kelainan jiwa. […]