Pada kondisi yang ideal dalam proses peradilan, orang yang paling berhak untuk memaafkan tersangka adalah korban atau keluarga korban. Sementara itu, hakim dan jaksa adalah orang yang diberi tugas untuk memutuskan dan menuntut seadil mungkin berdasarkan pada hal-hal yang memberatkan dan meringankan tersangka. Maka dari itu, wajar jika dewi keadilan dilambangkan sebagai seorang wanita yang tertutup matanya.
Dalam kasus Soeharto, saya pikir para pejabat atau siapapun di luar korban atau keluarga korban tidak punya alasan untuk meminta apalagi memutuskan agar Soeharto dimaafkan. Walaupun itu demi alasan kemanusiaan karena beliau sudah tua dan sakit-sakitan. Hak memaafkan sepenuhnya hanya dimilliki oleh pihak korban atau keluarga korban. Kalau kita mau menghitung, saya yakin bahwa jumlah korban kekejaman selama Soeharto berkuasa tidaklah sedikit.
Memaafkan Soeharto demi alasan kemanusiaan memang sangat mulia, tapi biarkanlah para korban atau keluarga korban yang melakukannya atau memutuskannya, bukan kita atau pun para pejabat yang tidak pernah merasakan sakit dan menderitanya menjadi korban kekuasaannya.
Keadilan kolektif memang sulit untuk dikuantifikasi seberapa banyak tuntutan yang diajukan, meamkan waktu seumur hidup. Bisa saja dilakukan sidang in absentia.
Buat saya, maafin sih maafin, tapi kembaliin dulu tuh duit rakyat yang ditarik leat yayasan2, dana pensiun, pajak, dll
salut mas … sejauh yang saya ikuti, nggak ada pengamat yang mengungkapkan hal ini … Kebanyakan mengambil peran seakan mereka adalah korban yang berhak memafkaan.
lebih ironis ironis lagi, kalau usulan pemberian maaf keluar dari mulut mereka yang dahulu diuntungkan.
Ya, saya setuju kalo memaafkan itu harusnya berasal dari korban atau keluarga korban itu sendiri… suatu langkah yg lebih baik memaafkan itu keluar dari mereka2 itu…tapi ruang lingkup masalah Beliau ini tidak sekedar itu saja, sangat luas sekali…apalagi sekarang masalahnya sudah masuk ke pengadilan,maka keputusan tidak hanya dari korban atau keluarga korban saja tapi juga dari para pejabat atau siapapun di luar korban atau keluarga korban harus turun tanggan juga.
Mudah2an hal itu juga akan diikuti oleh para korban atau keluarga korban….
Mungkin kasus Pak Harto harus di lihat dari sisi hukum juga, secara hukum seseorang tidak dapat lagi mengikuti proses peradilan apabila kondisi psikisnya, fisiknya tidak baik..seperti keadaan kesehatan Beliau ini yang sudah tidak mungkin lagi mengikuti proses peradilan. Saya yakin klo kondisi kesehatan Beliau sehat, proses hukum pasti terus berjalan tanpa tersendat tidak seperti keadaan sekarang ini.
wakkkss kirain salah kamar loh mas agus. ternyata desainnya ganti abis terakhir kesini mas agus dah lama gak posting2 sih.
betz paling gampang itu memang ngomong lebih2 klo gak mengalami sendiri. jgn terkecoh dgn gaya pakde yg saban2 mau disidang sakit plus jadi renta banget. gak segampang itu juga menghapus sejarah cuma krn pak de dah tua.
aku sendiri lebih milih beliau tetap diadili!!
mo diadili ?? percuma..udah uzur…, mungkin dia akan pergi kePengadilan yg sebenarnya..Pengadilan yg sangat adil… pengadilan dari allah Swt..(ada apa yahhh..blakangan gue jadi alim bgt ngomonggggnya…)
# tika:
nggak salah kamar koq mbak… yang sekarang lagi dianggurin itu yg di blogspot. begitulah mbak kalau ngeblog aja pake “berpoligami” segala… hahaha…
# amellie:
hehehe… banyak koq yg mau beliau tetep diadilin, cuman jaksa agungnya dan hakim2 yg lain banyak yg nggak mau tuh…
# rahma:
sereem deh kalau udah sampe pengadilan yang itu mah… ngebayanginnya aja udah bikin merinding… btw. kalau belakangan jadi alim begitu, ya berarti harus disyukurin… katanya: semakin bersyukur kepadaNya, semakin ditambah kenikmatan dariNya… hehehe… kaya pak ustadz aza deh gw…
Baru skarang bisa komen. Soale mulai rame di Indo antara front pembela si mbah ama yg minta si mbah di sidang in absentia. Hahahahaha…
Stuju ma Ketua MPR. Drpd jd dagelan, mending si mbah di “maaf”keun. Tp enggak kroninya. Soale klo kita bersandar keadilan itu milik kaum tertindas kaya nya masalahnya mungkin gak akan kelar2. Bisa jd yg dulunya ketindas malah berbesar hati utk memaafkan.
Istilahnya, mesti ada yg bermain menjadi org bijaknya. Bukan good cop bad cop. Semacam penengah gitu deh kayaknya kasus maaf memaafkan si mbah ini.