Geli juga saya membaca berita di detik.com yang berjudul: “Orasi Ilmiah Mantan Menteri Kelautan Dibiayai Dana Pungutan”. Membaca berita itu, saya jadi teringat dengan postingan saya yang sudah cukup lama yang berjudul: “Staf Ahli, Staf Khusus, dan PNS”, dimana secara sepintas saya juga sedikit menyinggung tentang dana taktis ini.
Di banyak lembaga pemerintah, seperti juga tempat kerja saya, yang namanya dana taktis itu memang ada, dan hampir semua pegawai, baik dari level yang paling tinggi hingga yang paling rendah, sudah tahu tentang hal itu. Biasanya dana taktis ini diperoleh dari uang Daftar Isian Proyek (DIP), sekarang kata kawan saya namanya diubah menjadi DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran), yang “diakalin” sehingga tidak benar-benar dikeluarkan sesuai dengan apa yang tertera di dalam DIP dan masuk ke dalam rekening khusus. Atau bisa juga dana taktis ini diperoleh dari uang yang seharusnya disetor ke negara yang “diakalin” sebagian. Dana taktis ini biasanya memang digunakan untuk berbagai macam kegiatan “strategis” yang tidak tertera di dalam DIP. Kadang-kadang malah dana taktis ini juga dialokasikan untuk membayar THR para karyawan di saat menjelang hari raya, mensubsidi premi asuransi di luar asuransi kesehatan yang sudah ada untuk PNS, dan bahkan ada juga yang untuk membayar uang kurban di hari raya Idul Adha (bayangin saja, masa kurban dibayarin kantor?). Jadi, sesuai dengan namanya, memang dia bersifat taktis 🙂
Dari sudut pandang orang yang jujur dan bersih, jelas praktik semacam ini sudah masuk ke dalam kategori penyelewengan uang negara, tapi kalau karyawan sudah sama-sama diuntungkan, mereka bisa menyebutnya sebagai sebuah penyelewengan yang baik. Nah mendanai orasi Pak Menteri untuk jadi Profesor kan juga termasuk kegiatan yang baik toh? atau memanfaatkan dana taktis tersebut untuk kegiatan sosial, itu juga baik kan? hihihi… Jadi seperti cerita Robin Hood yang merampok untuk dibagikan kepada rakyat. Ah, jangan-jangan mereka memang penggemar Robin Hood ya?
Sejujurnya, seperti sudah saya katakan sebelumnya, hampir sebagian besar lembaga negara mengenal akan dana taktis ini. Hanya saja, pengalaman mengelola dana taktis selama berpuluh-puluh tahun akan menjadikan mereka pemain yang lihay dan susah untuk diendus oleh para auditor, karena memang bukti hitam di atas putihnya tidak ada, selain itu secara administratif memang sudah sesuai dengan prosedur yang ada dan tidak ditemukan yang namanya penyimpangan. Maka dari itu, menjerat para pemain dana taktis adalah sesuatu yang sulit dan saya yakin bahwa sebagian dari mereka yang akhirnya kini terendus oleh auditor dalam penggunaan dana taktis ini adalah para pemain yang kurang lihay, kurang berpengalaman -alias masih baru-, tidak berbakat, atau mungkin bolos ketika pelajaran pembagian jaman sekolah dulu, jadi hanya sempat masuk dan belajar pengurangan, penambahan, dan perkalian saja 🙂
Selain dana taktis yang tujuannya untuk berbagai macam kegiatan “strategis” tersebut, di akhir tahun anggaran biasanya para pengelola proyek sedang royal-royalnya menghabiskan uang “sisa” anggaran proyek. Ini juga fenomena yang lucu dan konyol, karena kalau anggaran tidak habis sesuai dengan apa yang tertera di dalam DIP, maka di tahun anggaran berikutnya jumlah dana yang akan diberikan ke lembaga yang anggarannya tidak habis itu akan dikurangi. Dari sudut pandang lembaga yang tidak becus menghabiskan dana DIP, ini adalah sebuah kerugian dan prestise buruk, karena dianggap tidak mampu membuat sebuah rencana kerja yang baik, maka dari itu uang yang tidak habis itu terpaksa harus dihabiskan bagaimanapun caranya. Mengembalikannya ke kas negara akan sama saja dengan bunuh diri, begitulah kira-kira. Dari sudut pandang orang yang jujur dan bersih, ini jelas penghambur-hamburan uang negara dan sebuah pola pikir yang keblinger, tapi mau bagaimana lagi. Kata Ranggawarsita: “Jamane jaman edan, nek ora melu edan ya ora keduman…”
Makanya, coba perhatikan dengan seksama di bulan-bulan seperti sekarang ini, pasti akan banyak kita temui acara-acara seminar atau rapat kerja yang dilakukan di hotel-hotel mewah… “lagi ngabisin anggaran boss!”