Kebetulan hari ini adalah setahun kami meninggalkan Hamburg dan kembali menetap di Indonesia.
Pertama kali kembali dengan kehidupan di Indonesia, saya selalu punya masalah dengan pencernaan. Awalnya terjadi ketika nyoba minum es cendol di bulan Ramadan tahun lalu yang langsung membuat pencernaan kacau balau alias kena diare. Setelah itu, hampir di setiap hari kerja di Jakarta (jadi anak kos) pasti deh pencernaan selalu bermasalah, apalagi kalau sudah kena sambel atau makanan yang pedes-pedes. Runyamnya lagi, default makanan di warteg atau warung Padang itu pasti pedes, jadinya ya berabe juga kalau harus selalu bermasalah dengan pencernaan setiap hari. Sebetulnya ini fenomena yang menurut saya cukup aneh, soalnya selama tinggal di Hamburg istri setiap hari selalu masak masakan Indonesia (yang nggak pedes). Selain itu, di acara-acara yang diadain oleh masyarakat Indonesia di Hamburg pasti selalu tersedia masakan Indonesia (Jawa, Sunda, Manado, juga Padang) yang juga pedes. Logikanya, kalau cuman masalah pedes, harusnya nggak ada masalah kan? Nah, gara-gara masalah pencernaan yang memakan waktu berbulan-bulan ini, sempet juga saya hampir depresi dan frustrasi. Apalagi setiap kali pergi ke dokter, selalu aja dikasihnya antibiotik yang harus diminum sampe habis. Busyet deh! Untungnya, sejak bulan Juni 2008 lalu masalah dengan pencernaan ini sudah jarang terjadi (gile, lama juga ya? hampir setahun harus rutin menderita diare!).
Soal kerjaan dan lingkungan kerja juga begitu. Maklum, meninggalkan kantor untuk sekolah lagi sejak tahun 2000 di Bandung, dan dilanjutkan dengan pergi ke Hamburg tahun 2003 sampai 2007, otomatis banyak hubungan kerja yang sebelumnya sudah mulai terJalin harus terputus. Akibatnya, sekembalinya dari meninggalkan kantor selama 7 tahun itu, saya harus kembali beradaptasi dengan urusan birokrasi maupun penelitian. Harus mengorientasikan dan memosisikan diri kembali, sama seperti orang yang baru masuk kerja.
Btw, kemarin sempat melintasi sungai di Tanah Abang (apa ya nama sungainya?) ketika naik kereta api (KRL) Tanah Abang-Serpong . Sempat surprise juga waktu ngelihat sungai yang hampir semua permukaannya tertutupi busa sabun yang berwarna putih. Mirip banget dengan suasana musim dingin di Hamburg, dimana permukaan kanal diselimuti oleh hamparan salju yang putih berkilau, yang menjadi pemandangan rutin ketika naik kereta (S-Bahn) dari rumah ke institut di pagi hari. hihihi…