Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Agustus, 2008

Kebetulan hari ini adalah setahun kami meninggalkan Hamburg dan kembali menetap di Indonesia.

Pertama kali kembali dengan kehidupan di Indonesia, saya selalu punya masalah dengan pencernaan. Awalnya terjadi ketika nyoba minum es cendol di bulan Ramadan tahun lalu yang langsung membuat pencernaan kacau balau alias kena diare. Setelah itu, hampir di setiap hari kerja di Jakarta (jadi anak kos) pasti deh pencernaan selalu bermasalah, apalagi kalau sudah kena sambel atau makanan yang pedes-pedes. Runyamnya lagi, default makanan di warteg atau warung Padang itu pasti pedes, jadinya ya berabe juga kalau harus selalu bermasalah dengan pencernaan setiap hari. Sebetulnya ini fenomena yang menurut saya cukup aneh, soalnya selama tinggal di Hamburg istri setiap hari selalu masak masakan Indonesia (yang nggak pedes). Selain itu, di acara-acara yang diadain oleh masyarakat Indonesia di Hamburg pasti selalu tersedia masakan Indonesia (Jawa, Sunda, Manado, juga Padang) yang juga pedes. Logikanya, kalau cuman masalah pedes, harusnya nggak ada masalah kan? Nah, gara-gara masalah pencernaan yang memakan waktu berbulan-bulan ini, sempet juga saya hampir depresi dan frustrasi. Apalagi setiap kali pergi ke dokter, selalu aja dikasihnya antibiotik yang harus diminum sampe habis. Busyet deh! Untungnya, sejak bulan Juni 2008 lalu masalah dengan pencernaan ini sudah jarang terjadi (gile, lama juga ya? hampir setahun harus rutin menderita diare!).

Soal kerjaan dan lingkungan kerja juga begitu. Maklum, meninggalkan kantor untuk sekolah lagi sejak tahun 2000 di Bandung, dan dilanjutkan dengan pergi ke Hamburg tahun 2003 sampai 2007, otomatis banyak hubungan kerja yang sebelumnya sudah mulai terJalin harus terputus. Akibatnya, sekembalinya dari meninggalkan kantor selama 7 tahun itu, saya harus kembali beradaptasi dengan urusan birokrasi maupun penelitian. Harus mengorientasikan dan memosisikan diri kembali, sama seperti orang yang baru masuk kerja.

Btw, kemarin sempat melintasi sungai di Tanah Abang (apa ya nama sungainya?) ketika naik kereta api (KRL) Tanah Abang-Serpong . Sempat surprise juga waktu ngelihat sungai yang hampir semua permukaannya tertutupi busa sabun yang berwarna putih. Mirip banget dengan suasana musim dingin di Hamburg, dimana permukaan kanal diselimuti oleh hamparan salju yang putih berkilau, yang menjadi pemandangan rutin ketika naik kereta (S-Bahn) dari rumah ke institut di pagi hari. hihihi…

Read Full Post »

Pakaian khusus koruptor

Kenapa orang musti ribut-ribut mikirin pakaian khusus koruptor? Kalau menurut saya mah, gak perlu para koruptor susah-susah dikasih pakaian khusus. Suruh aja mereka pakai cangcut alias kolor doang, biar pada masuk angin dan merasa dihinakan. Pasti akan lebih kerasa secara psikologis dengan cara seperti itu. Lagian koruptor itu kan termasuk makhluk yang paling hina dan nista di muka bumi ini, jadi kenapa juga harus diperlakukan dengan baik? Kalau perlu Komnas HAM bikin juga slogan: “Tidak ada HAM untuk para koruptor!” supaya perang melawan koruptor makin berasa gaungnya…

Read Full Post »

Rokok haram?

Hahaha, membaca berita tentang permintaan Kak Seto agar MUI mengharamkan rokok dengan fatwanya membuat saya jadi ngakak. Bukan, saya ngakak bukan karena pro dengan para perokok, tapi permintaan Kak Seto ini menunjukkan adanya kefrustrasian para bukan perokok terhadap ulah para perokok di Indonesia yang sebagian besar diantaranya adalah orang-orang bloon, yang maunya enak sendiri dan nggak bisa diatur.

Di DKI Jakarta sendiri sebetulnya sudah ada Peraturan Daerah No. 2 tahun 2005 tentang pemberlakuan batasan kegiatan merokok di tempat umum di Kawasan DKI Jakarta. Akhir tahun 2007, ketika saya mulai kembali rutin naik kereta api Parahyangan Jakarta-Bandung, sempet surprise juga melihat dampak signifikan dari perda ini. Di jalur tempat nunggu kereta api di Stasiun Gambir jumlah perokok yang biasanya berjibun ngerokok tanpa perasaan sungkan mulai berkurang, juga di dalam gerbong kereta bisnis. Sayangnya kondisi itu tidak bertahan lama. Sekarang ini jumlah orang bloon yang cuek ngerokok di bawah tanda dilarang merokok mulai bertambah lagi meskipun “halo-halo” di stasiun sudah ngumumin anjuran untuk tidak merokok di sembarang tempat dan memberikan informasi dimana tempat khusus untuk merokok.

Yang juga nggak kalah begonya adalah penumpang kereta kelas eksekutif yang sengaja ngerokok di bordes, padahal pintu keluar masuk gerbong sering kebuka sehingga tetap saja asap rokoknya masuk ke dalam gerbong. Tolol dan sontoloyo, cuman nahan nggak ngerokok selama 3 jam aja gak bisa! Mestinya penumpang yang kaya gini layak untuk dilempar dari atas kereta! hahaha…

Kalau menurut saya sih gak perlu rokok itu diharamin, karena urusannya bisa makin tambah ruwet, apalagi banyak kyai haji yang juga perokok berat. Khusus untuk kasus DKI Jakarta, cukup tambahin aja ayat di Perda No. 2 tahun 2005 itu yang memberi hak khusus kepada para bukan perokok untuk ngegebug para perokok bloon itu kalau berani ngerokok di sembarang tempat, dijamin ampuh dan kapok mereka! Gimana, setuju nggak? hahaha…

Read Full Post »

Older Posts »